Thursday 22 April 2010

Seri VI : Kelahiran Kresna

Alkisah, terdapat seorang raja di Matura yaitu Raja Kangsa. Ia adalah seorang yang berhati kejam dan tidak memiliki belas kasihan kepada sesama manusia. Suatu hari Raja Kangsa dikunjungi oleh Hyang Narada, Wiku dari Sorgaloka, yang memberitahu bahwa kelak ia akan dibunuh oleh anak Dewaki yang nomor 8. Setelah itu Hyang Narada segera kembali ke sorgaloka.

Dewaki adalah bibi raja Kangsa dan ia adalah isteri dari Wasudewa (Basudewa).

Setelah raja Kangsa menerima pemberitahuan oleh Hyang Narada, timbullah niat yang jahat untuk membunuh anak Dewaki sehingga sabda Hyang Narada tidak terlaksana. Pada waktu itu Dewaki belum memiliki anak.

Beberapa waktu berlalu, Dewaki mulai mengandung. Ketika bayi lahir, dengan segera dibunuh oleh raja Kangsa. Kejadian ini berulang-ulang hingga Dewaki melahirkan anak yang keenam. Saat mengandung bayi yang ketujuh, bayi yang masih di dalam kandungan dipindahkan oleh dewi Nidra (dewi tidur) dengan jalan gaib ke Rohini, istri Wasudewa yang kedua. Setelah sampai waktunya, bayi lahir dengan selamat dan dinamakan Baladewa atau Balarama.

Dewaki mengandung lagi kedelapan kalinya. Wasudewa mendapat akal untuk menyelamatkan bayi yang akan dilahirkan itu. Jika kelak bayi lahir, maka akan digantikan dengan bayi yang lain. Kebetulan ketika itu Yasoda, isteri Nanda seorang gembala, juga sedang bunting. Ketika Dewaki melahirkan, Yasoda pun melahirkan. Dengan segera bayi itu dipertukarkan.

Ketika raja Kangsa mendengar Dewaki melahirkan anak yang kedelapan, segera ia pergi ke rumah Dewaki. Raja Kangsa tidak mengetahui bahwa bayi telah dipertukarkan, sehingga ia membunuh bayi yang sebenarnya adalah anak Yasoda. Sementara itu, anak Dewaki yang kedelapan selamat dan diberi nama Kresna.

Setelah Kresna besar ia memiliki kekuatan gaib. Keberaniannya semakin tersiar ke mana-mana sehingga raja Kangsa mendengar pula. Kresna lalu dipanggil menghadap ke Matura, akan diadu dengan orang yang terkenal kuat dan berani.

Nanda, yang mengasuk Kresna, menjadi bersedih hati. Ia tahu raja Kangsa sangat kejam. Karena itu ia selalu mendoakan Kresna.

Selama di Matura, Kresna disuruh mengerjakan pekerjaan yang tidak dapat dilakukan oleh orang biasa. Maksudnya jika Kresna tak sanggup ia akan dihukum seberat-beratnya. Tapi yang terjadi sebaliknya, semua pekerjaan dapat dilakukan dengan mudah oleh Kresna. Ia disuruh menarik busur yang bahkan tak seorangpun dewa yang sanggup menariknya, mengalahkan gajah, diadu dengan orang-orang kuat.

Melihat kekuatan dan keprawiraan Kresna, raja Kangsa menjadi murka karena merasa kalah kuat dan berani. Kemurkaan itu tidak hanya dilampiaskan kepada Kresna, melainkan kepada seluruh gembala. Maka gembala-gembala itu pun disuruh meninggalkan Matura dengan segera, dan bila tidak maka akan dibunuh.

Kresna pun sangat marah mendengar hal itu. Maka terjadilah perkelahian sengit antara raja Kangsa dengan Kresna. Raja Kangsa pun kalah dan mati. Sabda Hyang Narada terbukti.

Setelah raja Kangsa meninggal, Kresna meninggalkan Matura dan menikah dengan dewi Rukmini, putri raja Bismaka dari negeri Widarba. Perkawinan itu disertai dengan perang besar karena diam-diam Dewi Rukmini dilarikan oleh Kresna. Setelah perang, Kresna tinggal di Dwaraka (Dwarawati) dengan dewi Rukmini dan jadi raja di negeri itu dengan gelar Batara.

Kresna sangat sakti dan bahkan berani berkelahi dengan Dewa. Alkisah suatu saat Hyang Narada memberi bunga Parijata kepada dewi Rukmini. Dewi Setyaboma, permaisuri yang kedua pun mengiri. Kresna menyanggupi untuk mohon bunga tersebut. Hyang Indra tidak mengijinkan dan terjadi perkelahian yang hebat karena masing-masing mengeluarkan kesaktiannya. Sebelum ada yang kalah, datanglah Dewi Aditi, ibu para dewa memisah. Akhirnya Kresna diperkenankan mengambil bunga Parijata sesuka hati.

Demikianlah kisah Kresna.

0 comments:

Post a Comment